MIXED FRESH INFO

Tingkat kepopuleran seseorang bisa berubah setiap saat baik itu meningkat atau menurun. Sikap yang dialami oleh beberapa orang yang dijadikan sebagai obyek survei biasanya beraneka ragam mulai dari rasa senang ketika hasil survei meningkat dengan mengatakan bahwa masyarakat sudah bisa mengetahui hasil kerjanya selama ini, rasa tidak puas atau tidak yakin hasil survei itu mewakili aspirasi seluruh masyarakat jika hasil survei yang didapat menurun atau rendah.

Hal ini dialami oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dimana hasil survei IndoBarometer April-Mei 2011 menyebut adanya penurunan tingkat kepercayaan publik terhadap SBY. Dan Lingkaran Survey Indonesia (LSI) merilis popularitas Presiden yang terpilih dengan 60,8 persen suara tersebut turun di bawah 50 persen.

Data survei di lapangan diambil pada 1-7 Juni 2011. Responden dipilih secara acak berjumlah 1.200 yang mewakili 33 provinsi. Wawancara tatap muka dengan margin of error plus minus 2,9 persen. Setidaknya ada empat faktor penyebab penurunan tingkat kepuasan masyarakat terhadap popularitas pemerintahan SBY diantaranya :

1. Tidak terselesaikannya sejumlah kasus nasional, seperti kasus pembunuhan aktivis HAM Munir, bailout Bank Century, kekerasan Ahmadiyah, dan kasus mantan bendahara umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin.
2. SBY dinilai terlalu reaktif dalam menyikapi kasus yang menyangkut dirinya. Namun, sangat terlambat bereaksi terhadap kasus yang menyangkut rakyatnya seperti kasus sms Nazarudin, kasus TKW Ruyati yang dipancung, kasus gaji presiden belum naik selama tujuh tahun
3. SBY tak punya operator politik yang kuat dan Wakil Presiden Boediono dinilai tak menunjang kecepatan kinerja SBY.
4. SBY dianggap tak berdaya di 'kandangnya' sendiri. Faktor ini terjadi dalam kasus dugaan suap yang diduga dilakukan oleh kader-kader partai Demokrat seperti Muhammad Nazaruddin, Angelina Sondakh, dan Andi Nurpati dalam pembangunan wisma atlet Jakabaring di Palembang.