MIXED FRESH INFO

Hari ini tidak terasa enam tahun sudah Tsunami Aceh terjadi. Ketika Tsunami menghadang bumi Serambi Mekkah tahun 2004 yang lalu, sebanyak 230 ribu jiwa meninggal dan jutaan lainnya menjadi pengungsi. Beberapa bukti kedahsyatan tsunami di Aceh masih menjadi saksi sejarah diantaranya kapal PLTD Apung yang terseret derasnya arus laut hingga masuk ke pusat kota sejauh 5 kilometer dari tempat berlabuhnya serta sebuah kapal kayu milik nelayan setempat yang berada di atas rumah pendudukdi Lampulo kecamatan Kuta Alam. Kapal kayu tersebut terseret ombak puluhan kilometer.

Tahun ini masyarakat Aceh kembali mengenang kejadian tersebut dengan melakukan doa bersama di masjid-masjid dan situs-situs tsunami. Masyarakat Aceh melantunkan zikir dan doa untuk mendoakan nasib para sanak saudaranya yang menjadi korban tsunami. Selain itu sebanyak 5.000 bunga kertas atau bunga masa depan (Shinsai Mirai no Hana) ditanam di sejumlah titik yang menjadi lokasi peringatan enam tahun pasca tsunami Aceh seperti kawasan taman sari dan Mesjid Raya Baiturrahman, Pelabuhan Ulee Lheu dan makam massal Ulee Lheu, serta komplek PLTD Apung di kawasan Punge Blang Cut Banda Aceh. Koordinator lembaga edukasi bencana Kobe-Jepang, Cotohana, Ryo Nishikawa, mengatakan, penanaman bunga yang dilakukan dalam peringatan enam tahun tsunami merupakan bentuk simpati dan empati masyarakat Jepang kepada Aceh yang mengalami musibah tsunami.

Bunga-bunga kertas berwarna kuning ini berisi pesan dan harapan yang dituliskan oleh warga Jepang untuk masyarakat Aceh yang selamat dari humbalang tsunami enam tahun lalu. Shinsai Mirai no Hana adalah lembar-lembar kelopak bunga yang dibuat dari kertas berwarna kuning dan di lembar tersebut dirangkai pesan dan harapan Shinsai Mirai no Hana sendiri dicetuskan di Propinsi Kobe, Jepang saat Jepang mengalami gempa besar Hansin dan Awaji 15 tahun yang lalu.