MIXED FRESH INFO

Beberapa waktu lalu, Presiden SBY berpidato di Sidang ILO ke-100 yang mengatakan ada 6 program prioritas Indonesia dalam menangani permasalahan bagi buruh. Namun apa yang terjadi di lapangan perlu dipertanyakan. Hal ini terkait dengan berita tentang nasib seorang tenaga kerja wanita asal Indonesia yakni Ruyati binti Saboti Saruna yang menerima hukuman pancung pada tanggal pada 18 Juni 2011 karena terbukti bersalah telah membunuh seorang perempuan Arab Saudi.

Eksekusi mati terhadap Ruyati binti Saboti Saruna merupakan bentuk keteledoran diplomasi perlindungan PRT migran Indonesia. Hal ini dikarenakan dalam kasus Ruyati, publik tidak pernah mengetahui proses hukum dan upaya diplomasi apa yang pernah dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Keteledoran pemerintah juga terjadi pada kasus eksekusi mati terhadap Yanti Iriyanti, PRT migran Indonesia asal Cianjur yang juga tidak pernah diketahui oleh publik sebelumnya. Bahkan hingga kini jenazah Yanti Iriyanti belum bisa dipulangkan.

Seharusnya pemerintah melakukan negosisasi kepada dunia internasional agar mendesak Arab Saudi dan negara lainnya menghentikan hukuman pancung karena melanggar hak asasi manusia. Jika perlu dilakukan penghentian sementara pengiriman tenaga kerja ke Arab Saudi hingga negara tersebut berhenti berbuat semena-mena terhadap tenaga kerja asal Indonesia.