MIXED FRESH INFO

Autralia mulai tanggal 8 Juni 2011 kemarin menghentikan ekspor hewan ternak hidup ke Indonesia hingga enam bulan ke depan. Hal ini merupakan buntut dari penyiksaan sapi di Rumah Potong Hewan (RPH) Indonesia yang ditayangkan televisi di Australia.

Larangan ini tepat seminggu setelah Canberra menghentikan ekspor sapi hidup ke 11 RPH Indonesia yang tampak dalam laporan televisi Australia yang memperlihatkan penyiksaan sapi di RPH. Penyiksaan tersebut membuat kemarahan kelompok-kelompok perlindungan hewan di Australia dan meminta pemerintahnya bertindak tegas. Penghentian impor sapi asal Australia selama enam bulan dipastikan akan mengganggu pasokan industri pengolahan daging nasional sebesar 20 persen.

Saat ini, kebutuhan bahan baku untuk industri pengolahan mencapai 18-20 ribu ton daging setahun. Sebanyak 80 persen pasokan dipenuhi dari impor berupa daging beku. Sisanya, berasal dari impor sapi hidup yang kemudian dipotong di Indonesia. Dengan adanya penghentian sementara impor sapi dari Australia ini maka berdampak pada naiknya harga sapi lokal yang sempat terpuruk selama dua tahun ini. Pembatasan impor sapi tersebut sekaligus akan menstabilkan harga sapi lokal. Padahal kualitas daging sapi lokal pun tidak kalah. Beberapa jenis sapi lokal yang memiliki keunggulan antara lain sapi bali, sapi madura, sapi gunung kidul dan sapi Aceh.

Sapi aceh memiliki berbagai keunggulan, seperti tahan terhadap serangan penyakit, rasa daging yang khas dan enak, mampu beradaptasi dengan iklim ekstrem dan wilayah marjinal, dapat mengonsumsi sampah organik, kemampuan berproduksi yang baik serta populasinya mencukupi. Sapi aceh ini merupakan sapi aceh hasil persilangan antara bos indicus dengan banteng.