Bank Indonesia berpandangan bahwa kenaikan ekspektasi inflasi akan dapat diminimalisasi apabila dilakukan peningkatan efektivitas produksi, distribusi, dan ketersediaan bahan pokok di tingkat nasional serta daerah. Dari sisi Bank Indonesia, bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang telah ditempuh tahun lalu akan terus diperkuat dengan mengoptimalkan semua instrumen secara seimbang dan terukur.
Seperti diketahui, selama ini Bank Indonesia telah menempuh sejumlah kebijakan untuk mengendalikan likuiditas dan capital inflows seperti kenaikan giro wajib minimum (GWM) rupiah dan valas, one month holding period (OMHP) terhadap Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan pembatasan pinjaman luar negeri jangka pendek bank. Dewan Gubernur berpandangan, momentum pemulihan ekonomi global kembali meningkat meskipun masih dibayangi oleh risiko krisis utang di Eropa.
Di tengah masih lemahnya pemulihan ekonomi di negara maju, kinerja ekonomi negara emerging markets tetap menunjukkan peningkatan. Selain itu, harga komoditas global terus meningkat, tidak hanya dipengaruhi faktor penawaran dan permintaan, tetapi didorong oleh beralihnya investasi ke pasar komoditas akibat pelemahan dolar AS dan rendahnya imbal hasil di negara maju.
Sementara itu, beberapa negara emerging markets telah meningkatkan suku bunga kebijakannya yang disertai kebijakan untuk mengelola capital inflows dan menstabilkan pergerakan nilai tukar. Sebelumnya, data Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan kenaikan bahan pokok menjadi momok dalam kenaikan inflasi akhir-akhir ini. Bahkan, inflasi year on year (yoy) Januari telah menembus 7,02 persen. Inflasi Januari tercatat sebesar 0,89 persen.
trus kalo BI rate naik efeknya apa yah?
#nggak paham gitu2an